Tuesday, September 4, 2007

Laporan Keberhasilan Kerja

Secercah dari World Vision

World Vision berhasil membangun 457 rumah, 3 sekolah dan 1 Puskesmas di Aceh Barat. Kehidupan masyarakat yang sempat hancur akibat tsunami kembali pulih. Niat tulus melatar-belakangi kesuksesan ini. Siapa yang menyusul?

Keceriaan nampak di Syahminan (45). Impian memiliki rumah baru pasca tsunami yang menghancurkan rumahnya terwujud. Kedua bola matanya terus tertuju pada bangunan rumah berwarna hijau muda. Keceriaan semakin nampak ketika dirinya mengajak penulis melihat rumah barunya itu. “Senang sekali karena sudah tidak tinggal di barak pengungsian,” ujar warga Lhok Bubo, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat itu.

Dia bercerita panjang tentang pahitnya menjalani hidup ketika masih tinggal di barak pengungsian. Mulai dari tidur di tenda pengungsian hingga sulitnya mendapatkan air bersih. “Kesulitan itu sekarang sudah mulai membaik sejak tinggal di rumah baru,” ujarnya dengan tersenyum.

Keceriaan tidak hanya dirasakan Syahminan saja. Kegembiraan menerima rumah baru juga dirasakan warga lain. Aminah (30), misalnya. Perempuan paruh baya ini mengatakan sangat bahagia bisa menempati rumah barunya. “Saya bisa tidur tenang,” ujarnya.

Di desa tempat tinggal Syahminan dan Aminah, Non Government Organization (NGO) World Vision Indonesia membangun sebanyak 107 rumah. Tipenya 45. Selain rumah, World Vision Indonesia juga membangun tiga sekolah, dan satu puskesmas bagi warga Kecamatan Samatiga. Acara penyerahannya dilakukan pada Rabu (22/8) lalu. Selain di Desa Lhok Bubon, World Vision juga telah membangun sebanyak 350 rumah di Desa Suak Timah, Aceh Barat.

Direktur operasi World Vision, Alexander Davey, menjelaskan lembaganya telah memberikan kontribusi signifikan terhadap proses rekonstruksi dan rehabilitasi, khususnya bidang pendidikan di Aceh. “Kami bahagia dapat membantu masyarakat korban. Juga dapat membantu memulihkan pendidikan untuk generasi baru di Aceh,” katanya.

Ketiga sekolah yang kembali dibangun World Vision adalah SMAN 1 Samatiga, SD Kuala Bubon, dan TK Doa Ibunda. Bangunan SD Kuala Bubon yang kini berlokasi di Desa Pucok Lhong terdiri dari empat ruang kelas, satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, mushala, dan empat WC umum. “Anak-anak sangat senang. Mereka mulai membuat kreasi-kreasi untuk menghias ruangan kelas yang baru. Rencananya mereka akan membuat tulisan-tulisan kaligrafi biar kelasnya bernuansa islami,” kata Jailani, seorang guru SD Kuala Bubon.

Kerusakan juga menimpa SMU Negeri 1 Samatiga yang terletak di Desa Suak Timah. Sebelumnya, proses belajar mengajar dilakukan di dalam tenda. Itu berlangsung selama sekitar delapan minggu. Karena itu, tidak heran jika proses belajar mengajar tidak berjalan lancar. “Karena setiap datang angin dan hujan deras kegiatan belajar-mengajar langsung bubar, anak-anak lari, mereka sudah trauma dengan kondisi seperti itu” Kata Usman Ibrahim, Kepala SMA 1 Samatiga.

Kini, sebanyak 276 siswa-siswi SMA 1 Samatiga tidak perlu khawatir dan berlarian ketika badai datang. “Alhamdulillah, sekolah kami sudah bagus lagi. Sekarang kami sudah memiliki 12 kelas baru, ruang guru, ruang kepala sekolah dan ruang tata usaha yang sangat bagus. Semangat kami kembali lagi dengan adanya gedung baru ini. Kondisinya jauh lebih baik dari pada sebelum tsunami," ungkap Usman Ibrahim.

Selama ini World Vision turut memberikan kontribusi dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi di bidang pendidikan di Aceh. Hingga kini, lembaga ini telah membangun dan merehabilitasi 16 gedung sekolah di Banda Aceh, Aceh Besar, Lamno, dan Meulaboh. ***

No comments: